Apa Jadinya?HealthLife

Apa Jadinya Jika Kita Hidup Tanpa Kucing?

0

Kita Hidup Tanpa Kucing?

Tanpa kehadiran Tuan Majikan Oren, kita akan jadi apa ya? Ini fakta: Kita nggak bisa hidup tanpa kucing.

Dia bisa dalam dalam bentuk Dewi perang Bastet dari Mesir adalah si raja hutan, singa. Makhluk tercepat di dunia, cheetah, dan jadi raja pemalas di rumah kita. Boleh aja kita panggil kucing kita pemalas, tapi ingat ya, kita sedang bicara tentang hewan pemburu terhebat ke-6 di dunia.

Kucing rumahan membunuh 32% dari mangsa mereka. Bandingkan dengan tingkat pembunuhan singa sebesar 5%, kamu akan menyadari bahwa si Oren bukan cuma monster imut dan lucu, dia juga pembunuh berdarah dingin. Kucing tidur selama kurang lebih 16 jam sehari, dan menghabiskan waktu sisa mereka untuk merayap, berburu, berlatih, dan mempersiapkan diri untuk situasi terburuk yang mungkin terjadi: Penjajahan Tikus Dunia!

Sebenarnya kita nggak perlu khawatir, kan? Tikus menguasai dunia? Mustahil banget!

Tapi itu hanya berlaku di dunia yang nggak punya kucing! Manusia suka berbangga diri saat menemukan inovasi dan beradaptasi dalam menyelesaikan masalah besar dunia. Tapi, meskipun tikus mungkin menyebar wabah yang membunuh hingga 200 juta orang, kita masih belum menemukan cara yang benar-benar ampuh untuk mengendalikan jumlah mereka.

Ya, memang ada perangkap tikus dan racun tikus, tapi sebenarnya, kucinglah yang berperan besar. Mereka telah membunuh sekitar 20 miliar mamalia kecil itu setiap tahunnya. Jadi, tanpa mereka? Kita akan sakit, kelaparan, dan bisa-bisa punah.

Kita tahu bahwa tikus itu jorok. Tapi seberapa jorok, sih? Misalnya, satu ekor tikus membawa ribuan patogen di satu sentimeter bulunya saja; dan salah satu patogen itu bisa membunuhmu. Tapi, seiring dengan cepatnya tikus berkembang biak, peluangmu untuk sakit semakin besar.

Tahu nggak, satu pasang tikus bisa menghasilkan lebih dari 2.000 anak dalam setahun? Itu artinya, dalam tiga tahun, pasangan yang sama itu bisa memiliki lebih dari setengah miliar keturunan.

Ini bukan cuma sekedar serangan tikus biasa, tapi ini epidemi tikus! Gigitan tikus bukan satu-satunya yang bisa membuat kita sakit, kotoran tikus juga bisa meracuni udara yang kita hirup, mengakibatkan paru-paru terisi cairan, dan akhirnya hasta la vista, baby!

Tapi kan, kita bisa mengobati penyakit-penyakit akibat tikus

Ya, mungkin kita bisa lolos dari wabah penyakit, tapi nggak akan bisa lolos dari kelaparan. Ada alasan kenapa petani memelihara kucing di lumbung mereka, yaitu untuk mencegah serangan tikus ke gudang bahan makanan! Tikus nggak cuma suka keju, tapi mereka juga suka makan segala macam makanan, terutama biji-bijian dan hasil pertanian.

Tanpa kucing, ada banyak perut tikus yang harus diisi. Sistem pertanian kita akan runtuh, dan sekarang dengan wabah penyakit dan kekurangan makanan, manusia akan terpaksa mengais-ngais sisa-sisa makanan… seperti tikus! Tapi bukan hanya manusia yang harus khawatir. Tikus juga bertanggung jawab atas 40 persen dan 60 persen dari kepunahan burung laut dan reptil.

Jadi, jika kita ingin melawan “penjajahan tikus”, kita harus bersatu dan bekerja sama, bergandengan tangan dengan majikan kita, Si Oren. Hormati kucing kita, dan bersyukurlah atas hadiah yang diberikannya di depan pintu rumah. Dunia akan suram tanpa kehadiran mereka!

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *