Apa Jadinya?PengetahuanScience

Apa Jadinya Jika Kita Memindahkan Bumi?

0

Bersiap-siaplah! Dalam waktu 5 miliar tahun lagi, sang Matahari akan membesar dan menjadi bintang raksasa merah. Bahaya! Bumi mungkin saja terkena getahnya… Kalau manusia masih ada di masa itu, apakah kita akan meninggalkan atau memindahkan Bumi?

Masalah Matahari

Kok bisa sih Matahari punya masalah? Yah, sama seperti bintang lainnya, Matahari juga punya tanggal kadaluarsa.

Kematiannya dimulai dengan membesar menjadi raksasa merah, dan menghancurkan segala sesuatu yang terlalu dekat dengan orbitnya. Termasuk Bumi.

Kalau mau bertahan hidup, kita harus bertindak jauh-jauh sebelum Matahari merajalela. Mungkin perlu 1 miliar pesawat antariksa untuk mengungsikan 7,5 miliar manusia di Bumi.

Meski kita bisa meluncurkan 1.000 pesawat antariksa setiap hari, butuh waktu lebih dari 2.700 tahun untuk memindahkan semuanya dari planet yang terkutuk itu. Setelah itu, mungkin butuh jutaan tahun lagi untuk mencari tempat baru yang layak dihuni. Lha, daripada repot-repot, kenapa enggak langsung mengungsikan planet kita aja?

Sebenarnya, hal itu bisa terjadi. Kita hanya perlu memberi dorongan besar ke arah yang tepat untuk menggerakkan Bumi – dan mempertahankan jalurnya. Ada beberapa cara untuk melakukannya.

Setiap kali kita meluncurkan roket ke angkasa, itu akan sedikit mengubah orbit planet kita. Beruntung bagi kita yang tinggal di Bumi – dan kurang beruntung untuk tujuan memindahkan – efek ini nyaris tak terlihat.

Untuk memindahkan planet dari bahaya, kita harus mengubah kecepatannya sebesar 1.200 meter per detik (3.937 kaki per detik). Itu butuh sekitar 7.000 roket terkuat yang pernah dibangun.

Namun, rencana ini punya kelemahan besar. Untuk melarikan diri dari nyala api yang semakin membesar di Matahari, kita harus pindah cukup jauh – setidaknya ke orbit Mars.

Memindahkan Bumi

Menggerakkan benda seberat Bumi ke zona aman bisa memakan waktu miliaran tahun. Dan setiap miliaran tahun yang berlalu, kita akan menggunakan sekitar sepertiga massa Bumi sebagai bahan bakar. Ini kan nggak efisien banget ya?

Tapi yaudahlah, buat pindahin Bumi kita coba pake roket listrik yang nggak perlu banyak beban bahan bakar. Kita cuma perlu “korbankan” 2% massa Bumi tiap 1 miliar tahun. Nggak bakalan keliatan bedanya, kok!

Tapi ya sayangnya, butuh tenaga listrik yang 800 kali lebih besar dari produksi listrik Bumi sekarang. Dan pastinya harus dirancang dengan hati-hati.

Karena Bumi itu berputar, jadi roket yang ditempatkan di satu tempat nggak bakal selalu menghadap ke arah yang benar. Solusinya, kita harus taruh roket di sekitar Bumi dan nyalakan sesuai jadwal. Jadi, Bumi akan selalu terkendali.

Waktu yang dibutuhkan buat pindahin Bumi dari “zona bahaya” itu sekitar 1 miliar tahun. Cuma satu kesalahan hitung, bisa jadi akhir dari kehidupan kita semua.

Dengan Asteroid

Tapi, ada cara yang lebih baik. Dan cara itu melibatkan asteroid.

Insinyur penerbangan punya teknik bernama “gravitasi slingshot” buat mengubah arah perjalanan pesawat ruang angkasa tanpa harus banyak pakai bahan bakar. Ketika pesawat mendekati Bumi dan kemudian lepas dari tarikannya, pesawat mendapat energi orbit Bumi.

Cara yang sama bisa kita pakai buat ubah arah Bumi. Pertama-tama, kita harus membuat komet atau asteroid lewat dekat Bumi, jadi asteroid tersebut mendapatkan energi Bumi.

Setelah itu, insinyur akan mengalihkan asteroid itu dekat Jupiter dan Saturnus, jadi asteroid tersebut mendapatkan energi dari planet-planet raksasa tersebut. Lalu, asteroid itu akan membawa energi itu kembali ke Bumi. Proses ini diulang-ulang sampai kita berada di orbit yang aman.

Tentunya, itu juga sangat berbahaya. Satu kesalahan hitung kecil saja, asteroid raksasa bisa diarahkan langsung ke Bumi, dan menghancurkan semua kehidupan yang ada.

Kita nggak akan mengajak Bulan dalam perjalanan kita keliling tata surya. Kemungkinan besar, kita bakal meninggalkan pasangan kita ini saat kita mendorong orbit Bumi menjauhi Matahari.

Resikonya, memindahkan Bumi bisa mengganggu seluruh sistem planet. Mudah saja destabilisasi Merkurius atau Venus, dan akhirnya menghancurkannya. Dan tidak ada yang bisa menyelamatkan planet-planet itu – setidaknya, yang kita tahu saat ini.

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *