PengetahuanScience

Letusan Gunung Berapi Adalah Sumber Karbon Dioksida, Kok Bisa?

0

Ada sebuah pertanyaan yang menggelitik hati banyak orang: dari mana asalnya karbon dioksida atau CO2 pada saat gunung berapi meletus? Apakah mereka punya pabrik gas rahasia di dalam perut bumi? Ataukah mereka sengaja meniup-niup balon sampai pecah lalu dilempar ke udara? Tentu saja tidak! Jawabannya lebih menarik dan ilmiah daripada itu.

Selama miliaran tahun, gunung berapi menjadi salah satu sumber terbesar gas rumah kaca seperti karbon dioksida. Emisi CO2 dari gunung berapi diperkirakan telah mencegah bumi berubah menjadi planet es secara permanen. Bayangkan kalau bumi itu dingin seperti es krim, kita pasti tidak bisa hidup nyaman. Kita harus pakai jaket tebal setiap hari, minum teh hangat terus-terusan, dan tidak bisa main bola atau sepedaan karena licin. Jadi, kita harus berterima kasih kepada gunung berapi yang sudah menyelamatkan kita dari nasib buruk itu.

Lalu, karbon dioksida berasal dari mana? Jawabannya ada di dalam struktur lapisan bumi. Inti bumi berupa besi padat diselimuti lapisan cair di bagian luarnya. Di atas lapisan itu ada mantel bumi. Gunung berapi berada di kulit terluar bumi yang disebut kerak bumi. Kerak bumi tidak membentuk permukaan yang kaku melainkan terdiri dari lempeng-lempeng yang mengapung dan bergerak di atas mantel yang kental.

Di kawasan pertemuan lempeng samudra dengan lempeng benua, batuan sedimen yang kaya karbon dari dasar samudra turun ke perut bumi dimana batuan itu dipanaskan. Tekanan dari suhu di dalam perut bumi sangat tinggi sehingga senyawa yang mudah menguap seperti CO2 larut dalam batuan cair bersama magma panas.

CO2 yang terlarut akan mencapai dapur magma gunung berapi jika batuan cair itu naik melalui saluran magma. Tekanan turun dan gas-gas akan dilepaskan ke atmosfer.

Tahukah Anda bahwa gunung berapi itu tidak hanya mengeluarkan uap air dan CO2? Ternyata mereka juga punya gas-gas lain yang bisa bikin kita pusing, mual, atau bahkan mati. Beberapa contohnya adalah sulfur dioksida, asam klorida, dan metana. Jangan tanya saya apa itu, saya juga tidak tahu. Yang jelas, gas-gas itu berbahaya bagi kesehatan kita.

Jumlah dan campurannya tergantung pada unsur kimia yang membentuk magma. Magma itu semacam adonan kue yang ada di dalam perut bumi. Bedanya, magma itu panas dan meletup-letup kalau sudah tidak tahan lagi.

Para peneliti telah mempelajari emisi CO2 dari gunung berapi di seluruh dunia dan menemukan adanya perbedaan besar antara masing-masing gunung berapi.

Seberapa banyak CO2 yang dilepaskan gunung berapi ke udara tidak hanya tergantung pada besaran volume magma yang dilontarkan tapi pada lapisan batuan-batuan di bawah tanah. Ini ditentukan oleh berapa banyak mantel mengandung karbon. Mantel itu semacam selimut yang melapisi perut bumi. Kalau mantelnya banyak karbonnya, maka gas CO2 yang keluar juga banyak.

Hal ini terjadi misalnya di Gunung Etna Italia yang mengeluarkan 9000 ton CO2 ke udara setiap hari. Itu sekitar 10% dari total emisi seluruh gunung berapi di dunia. Bayangkan kalau kita harus menghirup gas itu setiap hari, pasti kita akan sesak nafas dan pingsan. Atau mungkin kita akan menjadi seperti Superman karena terkena radiasi.

Sedangkan gunung Kiluweiya di Hawaii memuntahkan magma ke permukaan bumi 4 kali lebih banyak daripada gunung berapi yang lain. Tetapi hanya melepaskan karbondioksida jauh lebih sedikit. Mungkin karena dia malu atau hemat energi. Atau mungkin dia sudah sadar lingkungan dan tidak mau menyumbang pemanasan global.

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *